Ikan Nila memiliki nama ilmiah Oreochromis niloticus, merupakan ikan yang berasal dari Afrika bagian timur, seperti Sungai Nil, Danau Tanganyika, Nigeria, dan Kenya. Ikan Nila mulai menyebar ke berbagai negara, seperti Amerika, negara-negara Timur Tengah, dan Asia, setelah disebarkan oleh orang-orang Eropa. Ikan ini memiliki sifat unik setelah memijah, induk betina akan mengerami telur-telur yang telah dibuahi dalam rongga mulutnya. Perilaku semacam itu dikenal dengan sebutan mouth breeder.
Klasifikasi terbaru ikan nila yang masuk dalam genus Oreochromis dipelopori oleh seorang ilmuwan bernama Dr. Trewavas, pada tahun 1982. Sebelumnya, ikan nila masuk dalam genus Tilapia, namun, pada tahun 1980, Dr. Trewavas mencetuskan ide untuk membagi genus Tilapia menjadi tiga kelompok, yaitu genus Oreochromis, Sarotherodon, dan Tilapia.
Ikan nila tergolong jenis ikan yang cukup digemari baik untuk dibudidayakan maupun dikonsumsi. Potensi pertumbuhannya yang cepat, bersifat omnivora, dan mudah berkembang biak membuat ikan ini menjadi salah satu primadona para pembudidaya ikan. Kecepatan pertumbuhan dan bersifat omnivora membuat ikan nila lebih efisien dalam penggunaan pakan, sehingga lebih menguntungkan untuk dibudidayakan.
Ikan nila memiliki ciri khas sendiri, berupa garis vertikal di bagian ekor sebanyak enam hingga delapan buah. Garis-gari vertikal ini juga terdapat di sirip dubur dan sirip punggung, dan garis inilah yang membedakan antara ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan ikan mujahir (Oreochromis mossambicus) (http://www.tanijogonegoro.com/2015/02/klasifikasi-morfologi-ikan-nila.html)
KLASIFIKASI IKAN NILA
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Bentuk tubuh memanjang dan pipih ke samping dan warna putih kehitaman atau kemerahan.
Ikan Tilapia mulai di kenal sejak tahun 1969 di negara kita
indonesia ini dengan sebutan ikan nila ( Nile Tilapia adalah sebutan Inggris nya ) Oreochromis niloticus bahasa ilmiahnya. Kerabat dekat ikan nila ini ialah ikan ikan mujair (Oreochromis mossambicus ).
Habitat Dan Kebiasaan Hidup Ikan Nila Ikan nila dikenal sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada kisaran salinitas yang lebar). Ikan Nila (oreochormis niloticus) adalah termasuk
campuran ikan pemakan campuran(omnivora).
Ikan nila mempunyai kemampuan tumbuh secara normal pada kisaran
suhu 14-38°C dengan suhu optimum bagi pertumbuhan dan
perkembangannya yaitu 25-30°C. Pada suhu 14°C atau pada suhu tinggi
38°C pertumbuhan ikan nila akan terganggu. Pada suhu 6°C atau 42°C
ikan nila akan mengalami kematian. Kandungan oksigen yang baik bagi
pertumbuhan ikan nila minimal 4mg/L, kandungan karbondioksida kurang
dari 5mg/L dengan derajat keasaman (pH) berkisar 5-9 (Amri, 2003).
Menurut Santoso (1996), pH optimum bagi pertumbuhan nila yaitu antara
7-8
Pada perairan alam dan dalam sistem pemeliharaan ikan, konsentrasi
karbondioksida diperlukan untuk proses fotosintesis oleh tanaman air.
Nilai CO2
ditentukan antara lain oleh pH dan suhu. Jumlah CO2 di dalam
perairan yang bertambah akan menekan aktivitas pernapasan ikan dan
menghambat pengikatan oksigen oleh hemoglobin sehingga dapat
membuat ikan menjadi stress. Kandungan CO2 dalam air untuk kegiatan
pembesaran nila sebaiknya kurang dari 15 mg/liter (Sucipto dan
Prihartono, 2005).
B. Laju Pertumbuhan Spesifik / Spesific Growth Rate (SGR)
Menurut Wahyuningsih dan Barus (2006), pertumbuhan dapat didefinisikan
sebagai pertumbuhan ukuran berupa panjang dan berat pada waktu tertentu
atau perubahan kalori yang tersimpan menjadi jaringan somatik dan
reproduksi. Pada proses pertumbuhan laju anabolisme(Anabolisme
adalah suatu peristiwa perubahan senyawa sederhana menjadi senyawa
kompleks, nama lain dari anabolisme adalah peristiwa sintesis atau
penyusunan. Anabolisme memerlukan energi, misalnya : energi cahaya untuk
fotosintesis, energi kimia untuk kemosintesis) akan melebihi laju
katabolisme (Katabolisme
adalah reaksi pemecahan / pembongkaran senyawa kimia kompleks yang
mengandung energi tinggi menjadi senyawa sederhana yang mengandung
energi lebih rendah. Tujuan utama katabolisme adalah untuk membebaskan
energi yang terkandung di dalam senyawa sumber. Bila pembongkaran suatu
zat dalam lingkungan cukup oksigen (aerob) disebut proses respirad, bila
dalam lingkungan tanpa oksigen (anaerob) disebut fermentasi) Menurut Effendie (2002), pertumbuhan merupakan proses
biologis yang kompleks yang akan dipengaruhi berbagai faktor dimana
pertumbuhan akan menunjukkan adanya pertambahan panjang, berat dalam
suatu satuan waktu. Ikan nila memiliki ketahanan yang tinggi terhadap
penyakit, tahan terhadap lingkungan air yang kurang baik. Kelangsungan
hidup ikan dapat dilakukan dengan cara yaitu: pemilihan pakan/pelet jenis
terapung dan Pemberian pakan menyebar, tidak terkonsentrasi pada area
tertentu (Suyanto, 2004).
Menurut Lagler, Bardac, and Miller (1962), pertumbuhan dipengaruhi 2
faktor yaitu:
1. Faktor Internal
Adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh sukar dikontrol, diantaranya
ialah keturunan, sex, dan umur.
2. Faktor Eksternal
Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan,
jumlah populasi, parasit, penyakit, dan parameter kualitas lingkungan
perairan.
Laju Pertumbuhan Spesifik / Spesific Growth Rate (SGR) dapat diketahui
dengan perhitungan melalui rumus (Asmawi, 1983) :
SGR = (LnWt-LnWo)/t x 100%
Keterangan:
SGR = Laju Pertumbuhan Spesifik
Wo = Berat hari ke 0 (g)
Wt = Berat hari ke t (g)
t = Lama Pemeliharaan (hari)
Sintasan / Survival Rate (SR)
Faktor biotik dan abiotik mempengaruhi sintasan ikan. Sintasan
(kelulushidupan) merupakan perbandingan antara jumlah individu pada
akhir percobaan dengan jumlah individu pada awal percobaan. Faktor
biotik yang mempengaruhi sintasan yaitu parasit, kompetitor, predasi, umur,
kemampuan adaptasi, penanganan manusia dan kepadatan populasi. Faktor
abiotik yang mempengaruhi sintasan yaitu sifat fisik dan kimia dari suatu
lingkungan air (Rika, 2008).
Sintasan / Survival Rate (SR) merupakan persentase jumlah ikan yang hidup
pada setiap akuarium pada akhir perlakuan (Wirabakti, 2006).
SR = Nt/No x 100%
Keterangan :
SR = Survival Rate / sintasan
Nt = Jumlah ikan yang hidup selama penelitian (ekor), waktu dalam t
No = Jumlah ikan yang ditebar pada awal penelitian (ekor), t= 0
Setiap ikan membutuhkan kadar protein yang berbeda- beda untuk pertumbuhannya dan dipengaruhi oleh umur/ukuran ikan, namun pada umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 35 – 50% dalam pakannya (Hepher, 1990). Ikan–ikan omnivora seperti ikan nila (Oreochromis niloticus) yang berukuran juvenil membutuhkan protein 35%.
Menurut NRC (1983) mengemukakan bahwa kekurangan asam amino dapat
mengakibatkan penurunan pertumbuhan. Protein dalam pakan dengan nilai
biologis tinggi akan memacu penimbunan protein tubuh lebih besar dibanding
8 dengan protein yang bernilai biologis rendah. Peningkatan kelebihan energi
dari pakan yang dikonsumsi menyebabkan jumlah total protein yang ditimbun
menurun, akan tetapi bagian energi yang diretensi akibat meningkatnya
energi yang dikonsumsi menyebabkan terjadinya penimbunan lemak tubuh.
Atas dasar ini maka pemberian protein pada pakan ikan harus berada pada
batas tertentu agar dapat memberikan pertumbuhan maksimum bagi ikan dan
efisiensi pakan yang tinggi.
Jenis - jenis ikan nila yang ada di Indonesia :
1. Ikan nila srikandi
Pada tahun 2012 jenis ikan nila srikandi
ini telah di rilis oleh menteri kelautan dan perikanan, dimana ikan
srikandi ini di hasilkan oleh balai penelitian pemuliaan ikan (BPPI) dan
keunggulan dari ikan nila yang satu ini yaitu tahan terhadap berbagai
macam jenis penyakit dan sangat cocok bila di budidayakan di air payau dengan salinitas 20-30 ppt karena keinginan dapat di budidayakan di tambak atau jala apung sebagai pengganti udang atau bandeng, 2 komoditi tersebut tidak tahan bila kondisi tambak yang agak memburuk.
2.ikan nila best
Ikan nila yang satu ini juga mempunyai
beberapa keunggulan yang lebih baik bila di bandingkan dengan ikan nila
lokal yang biasa di budidayakan di masyarakat pada umum nya, dan ikan
ini memiliki ketahanan penyakit mencapai 140 %, Fekunditas 3 sampai 5
kali, sedangkan sintasan nya dari 84,4 sampai 93,3% dan nilai tersebut
di percaya lebih tinggi 8% di bandingkan ikan lokal.
Selain itu ikan nila jenis ini juga
mempunyai keunggulan yang menguntungkan para peternak ikan nila, jika
ikan nila lokal yang biasa di ternak di masyarakat memerlukan waktu
selama 6 bulan untuk mencapai berat 400 sampai 500 gram/ekor, ikan nila
jenis ini hanya membutuhkan waktu 4 bulan saja.
3. Ikan Nila Gesit
Ikan jenis ini sama juga dengan ikan
nila yang biasa di pelihara oleh masyarakat pada umum nya yaitu untuk
mendapatkan 400 sampai 500 Gram/ekor nya memerlukan waktu sekitar 6
bulan, namun ikan ini sangat gesit dan lincah sesuai nama nya.
4. Ikan nila nirwana (nila ras wanayasa)
Ikan nila yang satu ini berhasil di
kembangkan oleh Balai Benih Ikan Wanayasa Purwakarta Jawa Barat.
Keunggulan dari ikan yang satu ini yaitu dapat berkembang dengan cepat
yaitu untuk mendapatkan bobot 1 kg hanya memerlukan waktu sekitar 6
bulan saja.Dari segi bentuk tubuh nila nirwana relatif lebih lebar dengan panjang
kepala yang lebih pendek. Hal ini menjadikannya memiliki strukstur
daging yang lebih tebal dibandingkan dengan ikan nila lainnya.
5. Ikan Nila Larasati
Ikan nila jenis ini adalah ikan nila
hasil persilangan antara ikan nila merah dan ikan nila hitam, ikan nila
ini mempunyai keunggulan yang lumayan bagus dan bermanfaat yaitu dapat
berkembang dengan cepat dan mempunyai daging yang lebih banyak.
6. Ikan Nila Jatimbulan
Ikan ini adalah jenis ikan hasil
rekayasa yang di lakukan oleh Unit pelaksana teknis PBAT Jawa Timur, dan
keunggulan dari ikan ini yaitu mempunyai daging yang lebih kenyal dan
pertumbuhan ikan ini juga lebih cepat bila di bandingkan dengan ikan
nila lokal
SEJARAH IKAN NILA DARI MASA KE MASA DI INDONESIA
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
merupakan jenis ikan air tawar yang sangat populer dibudidayakan di
Indonesia. Ikan nila ini juga merupakan salah satu jenis yang paling
sering diteliti dan direkayasa genetiknya. Oleh karena itu, wajar saja
bila saat ini masyarakat (pembenih dan pembudidaya ikan) mengenal banyak
“jenis” ikan nila dengan beragam keunggulan yang ditawarkan.
Bila
ditelusuri asal-usulnya, ikan nila merupakan ikan asli dari perairan
sungai Nil di Mesir. Dari Mesir ikan yang mudah berkembang biak dan
memiliki sifat yang toleran terhadap perubahan lingkungan ini berkembang
ke negara lain di benua Afrika. Dari benua Afrika, lantas menyebar ke
berbagai negara di belahan benua lainnya. Ikan nila pertama kali
dimasukkan ke Indonesia dari Lukang Research Station Taiwan, oleh
Lembaga Penelitian Perikanan Darat (LPPD) Bogor pada tahun 1969 untuk
diteliti.
Nila Hitam
Setelah
beberapa tahun diteliti dan dikembangbiakkan, ikan ini akhirnya
disebarluaskan ke masyarakat untuk memperkaya jenis ikan budidaya di
tanah air. Masyarakat ternyata menyambut antusias kehadiran ikan nila
yang memiliki warna kehitaman ini. Maklum saja, jenis ikan ini memang
mudah berkembang biak, memiliki pertumbuhan cepat, sangat toleran
terhadap perubahan lingkungan, relatif tahan terhadap serangan penyakit
serta bisa menyantap berbagai jenis pakan yang ada dan diberikan di
wadah budidaya.
Ikan
nila yang kali pertama disebarluaskan oleh LPPD Bogor tersebut,
dipanggil dengan nama ikan Nila saja tanpa embel-embel apa pun. Baru
setelah muncul ikan nila merah di awal tahun 1980-an, ikan Nila dari
LPPD tersebut dipanggil dengan nama ikan nila hitam. Nama panggilan ini
semata-mata untuk membedakan dengan ikan nila warna merah yang
belakangan muncul.
Nila merah
Selain
nila warna hitam, sekitar awal tahun 1980-an masyrakat juga mulai
mengenal ikan nila warna merah. Ikan nila merah yang didatangkan dari
Filipina ini merupakan tetra hibrid yakni hasil persilangan dari empat
spesies berbeda dari genus Oreochromis yaitu: O. mossambicus (mujair),
O. niloticus (nila), O. hornorum dan O. aureus (aurea). Pada akhir tahun
1980-an juga muncul nila merah yang didatangkan dari Thailand yang
dikenal dengan nama Nila Chitralada.
Ikan
nila merah yang beredar di masyarakat selain keturunan dari kedua jenis
nila merah tersebut di atas, boleh jadi merupakan hasil persilangan
dari keduanya atau persilangan dengan nila hitam yang sudah ada
sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari makin beragamnya jenis nila
merah. Ada yang warnanya merah, putih (albino), kombinasi merah dan
albino, kombinasi merah dan hitam atau kombinasi dari warna-warna
tersebut.
Nila GIFT dan GET
Pada
pertengahan tahun 1990-an, Indonesia juga mendatangkan nila dari
Filipina yang dikenal dengan nama nila GIFT (Genetic Improvement of
Farmed Tilapia)
hasil dari pengembangan International Center for
Living Aquatic Resources Management (ICLARM) di Filipina. Berikutnya,
pada awal tahun 2000-an, Indonesia juga kembali mendatangkan ikan nila
dari Filipina. Ikan nila hasil rekayasa genetika ini dikenal dengan nama
nila GET (Geneticaly Enhanched of Tilapia).
Jenis ikan nila GIFT dan GET yang didatangkan dari Filipina tersebut merupakan jenis ikan unggul karena dapat tumbuh bongsor sekitar 500 gram dalam
waktu
relatif singkat ( 4 – 5 bulan). Melihat kelebihannya ini, masyarakat
lalu beramai-ramai memelihara kedua jenis ikan nila unggul ini. Maklum
saja, selain untuk pasar dalam negeri, ternyata pasar luar negeri juga
terbuka lebar untuk daging nila.
Nila Jica
Ikan nila unggul lainnya yang dikenal masyarakat
adalah ikan nila Jica yang diperkenalkan oleh Balai Budi Daya Air Tawar
(BBAT) Jambi. Nila jica merupakan hasil rekayasa genetika yang
dilakukan sejak tahun 2002. Proyek ini sepenuhnya dibantu oleh JICA
(Japan for International Cooperation Agency) sebuah lembaga donor
Pemerintah Jepang, karena itu pula jenis nila ini dinamakan nila Jica.
Jenis nila ini didapat dari hasil pengembangan lembaga riset Kagoshima
Fisheries Research Station di Jepang. Kemudian, oleh BBAT Jambi, ikan
ini dikembangkan lagi, hingga akhirnya muncul
varietas nila Jica di tahun 2004. Nila Jica dikenal oleh masyarakat dengan sebutan nila JK (dibaca: Jeka).
Nila GESIT
Selain
nila Jica, juga muncul ikan nila unggul lainnya yang dikenal dengan
nama ikan nila GESIT (Genetically Supermale Indonesian Tilapia). Ikan
nila gesit dihasilkan melalui serangkaian riset panjang yang diinisiasi
oleh Pusat Teknologi Produksi Pertanian, Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Balai Besar Pengembangan
Budi Daya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi di bawah Departemen Kelautan dan
Perikanan (DKP).
Ikan
nila GESIT adalah ikan nila jantan dengan kromosom sex YY. Yang dibuat
dengan metode rekayasa kromosom sex ikan nila jantan normal (kromosom
XY) dan betina (kromosom XX). Pemuliaan memerlukan waktu sekitar 6 tahun
di Kolam Percobaan IPB Darmaga (2001–2004) dan di BBPBAT (2002–2006).
Nila Gesit yang keturunannya berkelamin jantan ini, dikenal juga oleh
para pembenih dan pembudidaya ikan dengan nama nila YY (dibaca: way-way)
Nila Nirwana
Berikutnya,
pada akhir tahun 2006 juga mencull ikan nila unggul lainnya yang
dikenal dengan nama nila Nirwana. Nama Nirwana sendiri merupakan
kependekan dari Nila Ras Wanayasa. ikan nila Nirwana muncul dari hasil
kerjasama antara Pemerintah Daerah Jawa Barat dan BPPT (Balai
Pengembangan Benih Ikan) Wanayasa, Purwakarta.
Nila
Nirwana merupakan hasil dari seleksi family terhadap 18 famili nila
GIFT(Genetic Improvement Farm Tilapia) dan 24 famili nila GET
(Genetically Enchanced Tilapia) dari Filipina. Seleksi dilakukan secara
ketat terhadap benih-benih dari Nila GIFT dan nila GET. Pemuliaan ikan nila Nirwana berlangsung selama 3 tahun (2003–2006) hasil seleksi famili dengan bahan dasar ikan nila GIFT generasi ke enam dan nila GET.
Dibandingkan
generasi sebelumnya, pada generasi ke tiga (F3) pertumbuhan bobot ikan
nila Nirwana mengalami peningkatan sekitar 45 persen. Oleh karena itu,
untuk mendapatkan varietas ikan nila Nirwana yang semakin baik
pertumbuhannya maka, seleksi lebih lanjut perlu terus dilakukan.
Berdasarkan hasil penelitian di BPBI Wanayasa, ikan Nila Nirwana layak
dijadikan induk penjenis untuk menghasilkan benih nila yang bermutu.
Ikan
Nila Nirwana produksi BPBI Wanayasa tersebut saat ini dikenal dengan
nama Nirwana 1. Istilah tersebut muncul karena saat ini BPBI Wanayasa
sudah mengeluarkan Nirwana generasi kedua yang dikenal dengan nama
Nirwana 2. Dibanding Nirwana 1 yang dikeluarkan sekitar tahun 2006
tersebut, Nirwana 2 yang dirilis Menteri Kelautan dan Perikanan tahun
2012 ini memiliki beberapa keunggulan dibanding Nirwana 1 di antaranya
adalah memiliki pertumbuhan 15 persen lebih tinggi, bentuk tubuh lebih
lebar, kepala lebih pendek serta struktur dagng lebih tebal.
Nila BEST
Nila
BEST (Bogor Enhanched Strain Tilapia) awalnya dikenal dengan nama Nila
Bogor. Namun setelah dilakukan serangkaian pemuliaan, Nila Bogor ini
pada tanggal 02 Desember 2008 dinyatakan lulus dan memperoleh gelar baru
sebagai Nila BEST. Keunggulan Nila BEST di antaranya adalah mampu
menghasikan telur dan benih lebih banyak, ukuran larvanya besar,
memiliki pertumbuhan tinggi, mampu hidup pada salinitas 15 promil dan
relatif tahan terhadap penyakit streptococcus.
Ikan
nila BEST merupakan ikan hasil pemuliaan menggunakan dengan karakter
keunggulan dalam pertumbuhan. Ikan ini dihasilkan melalui suatu proses
yang panjang selama 4 (empat) tahun penelitian yang dilakukan Tim
Peneliti Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor.
Setelah
dinyatakan lulus, Nila BEST kemudian dirilis oleh Menteri Kelautan dan
Perikanan Fadel Muhammad pada tanggal 23 November 2009, bertempat di
Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (PBIAT) Janti – Klaten, Jateng.
Nila Salin
Ikan
Nila varietas lainnya adalah Nila Salin yang dihasilkan oleh Badan
Pengkajian dan Penerapan teknologi (BPPT). Disebut Nila Salin, karena
nila jenis ini tahan hidup pada air salinitas tinggi hingga 20 promil
sehingga jenis ikan nila ini ideal dibudidayakan di tambak yang berair
payau.
Seleksi
awal untuk menemukan Nila Salin ini memang melalui uji tantang, yakni
mengganti air tawar dengan air laut secara bertahap. Ikan nila yang
diuji tersebut merupakan hasil dari proses seleksi persilangan (dialling crossing) dari delapan varietas ikan nila.
Nila Srikandi
Nila Srikandi (Salinity Resistant Improvement from Sukamandi)
juga merupakan varietas ikan nila yang tahan terhadap air salinitas
tinggi sama seperti Nila Salin. Bila Nila Salin hasil dari rekayasa
BPPT, Nila Srikandi dihasilkan oleh Balai Penelitian Pemuliaan Ikan
(BPPI) Sukamandi. Ikan ini telah dirilis oleh Menteri Kelautan dan
Perikanan (Sharif C. Sutardjo) pada 2012.
Ikan nila Srikandi yang merupakan persilangan dari Oreochromis aureus x niloticus,
menjadi solusi tepat untuk memanfaatkan lahan-lahan sub optimal di
sepanjang pesisir pantai. Selain toleransi yang tinggi terhadap
lingkungan bersalinitas hingga ≤ 30 ppt, nila Srikandi mampu tumbuh
cepat di perairan payau dan relatif tahan terhadap penyakit.
Nila Sultana
Ikan
Nila Sultana (Seleksi Unggul Selabintana) merupakan jenis ikan nila
hasil seleksi family yang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Budi
daya Air Tawar (BBPBAT) di Selabintana, Sukabumi. Setelah dilakukan
seleksi family sejak tahun 2005 – 2010, pada tahun 2011 akhirnya ikan
nila Sultana dinyatakan telah lulus uji.
Nila
Sultana memiliki karakter reproduksi diameter telur sekitar 2,84 mm,
rasio bobot gonad disbanding bobot tubuh sekitar 2,38 persen dan
produksi larva sekitar 3.000 ekor / Kg bobot induk.
Nila Jatiumbulan
Ikan
nila jenis ini merupakan hasil perekayasaan yang dilakukan oleh Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Budidaya Air Tawar ( PBAT) Umbulan yang
terletak di Pasuruan Jawa Timur. Keunggulan nila ini adalah
pertumbuhannya yang lebih cepat dibandingkan dengan nila biasa dan struktur dagingnya yang lebih kenyal.
Nila Larasati
Nila Larasati (Nila Merah Strain Janti) merupakan nila hasil perekayasaan oleh PBIAT (Pusat Budidaya Ikan Air Tawar) Janti,
Klaten. Ikan ini merupakan persilangan antara nila hitam dengan nila
merah. Keunggulan nila Larasati yaitu pertumbuhannya seperti nila merah
sedangkan reaksi pakannya seperti nila hitam, pemeliharaan lebih cepat,
dagingnya lebih banyak dan kelangsungan hidup tinggi.
Nila Kekar
Selain
jenis-jenis nila tersebut di atas, di tengah masyarakat juga beredar
dan berkembang jenis ikan lainnya, di antaranya adalah Nila Kekar
(Keluaran Kartoyo). Nama Kartoyo menjadi embel-embel di belakang Nila
karena Kartoyo merupakan pemulia dari ikan Nila tersebut. Selain dikenal
sebagai pemerhati dan pemulia ikan nila, bapak Kartoyo sebelumnya adalah pimpinan dari sebuah Balai Benih Ikan (BBI) Sentral yang belakangan berganti naman menjadi Pusat Budidaya Ikan Air Tawar (PBIAT) Umbulan, Pasuruan.
Dibandingkan
jenis nila lainnya, nila Kekar ini memiliki bentuk tubuh yang kekar
(tebal) sehingga banyak diminati sebagai ikan konsumsi. Selain
berkembang di Pasuruan dan Blitar, Nila Kekar ini juga banyak
dibudidayakan di jakapung di daerah Jawa Timur
Nila Mentaris
Nila
lainnya adalah Nila Mentaris yang merupakan produksi dari salah satu
produsen pakan ikan di Jawa Timur. Ikan Nila Mentaris juga dikenal
sebagai nila unggul yang banyak dibudidayakan di daerah Jawa Timur.